Mungkin kalau ada yang menanyakan apa yang aku rasakan, jawabanku “Tidak Tahu”. Yang bertanya pasti bingung, tapi sebenarnya yang lebih bingung itu adalah diriku sendiri. Apa yang kini aku rasakan memang tak pernah kubayangkan sebelumnya.
Kau memasuki hari-hariku jauh setelah aku bersamanya, perasaan memang sulit untuk ditebak. Dulu aku merasa bersamanya semua mimpiku akan sempurna. Namun semuanya berubah sesaat setelah kita bertemu.
Kagum. Itu yang pertama kali aku rasakan saat pertama kita bertemu. Entah alasan apa yang membuatku mengaguminya. Senyum, suara atau hari-harimu yang terlihat selalu dihiasi dengan senyuman. Seiring berputarnya waktu, rasa kagum itu berubah menjadi sayang. Rasa sayang yang berarti ingin memilikinya.
Aku sadar ada seseorang yang telah memilikiku dan memberi kepercayaan penuh terhadapku namun aku tak mampu berbuat banyak untuk memilikimu.
Senyumanmu seakan menjadi magnet yang mampu menarikku untuk jauh lebih mengenalmu. Tapi rasa engganmu menjadi penghalang untuk didekati.
“Aku tak ingin kau berbohong bahkan menghianati cintanya hanya karena aku”
Kalimat itu masih terniang sebelum kau meninggalkanku saat pertemuan itu.
Apa yang kamu katakan itu memang benar. Tak mungkin aku membagi bahkan menghianati cinta ini demi dirimu. Namun semakin lama kau menjauh dariku membuatku merasa kehilangan.
Pernah aku memintamu untuk bersikap seperti pertama kali kita bertemu. Namun itu sia-sia. Hatiku pun mulai terluka. Perasaan kadang tak memperdulikan sekitar. Itulah yang aku rasakan saat ini. Kadang aku ingin menjauhimu tapi di satu sisi aku ingin bersamamu. Mengharapkan sesuatu menurutku itu adalah hal yang wajar. Namu aku tak tahu apa ini suatu paksaan atau harapan. Egois memang tapi inilah yang aku rasakan.
Hingga suatu hari aku harus bisa menjawab, “Siapa yang harus aku pilih”????
Kau memasuki hari-hariku jauh setelah aku bersamanya, perasaan memang sulit untuk ditebak. Dulu aku merasa bersamanya semua mimpiku akan sempurna. Namun semuanya berubah sesaat setelah kita bertemu.
Kagum. Itu yang pertama kali aku rasakan saat pertama kita bertemu. Entah alasan apa yang membuatku mengaguminya. Senyum, suara atau hari-harimu yang terlihat selalu dihiasi dengan senyuman. Seiring berputarnya waktu, rasa kagum itu berubah menjadi sayang. Rasa sayang yang berarti ingin memilikinya.
Aku sadar ada seseorang yang telah memilikiku dan memberi kepercayaan penuh terhadapku namun aku tak mampu berbuat banyak untuk memilikimu.
Senyumanmu seakan menjadi magnet yang mampu menarikku untuk jauh lebih mengenalmu. Tapi rasa engganmu menjadi penghalang untuk didekati.
“Aku tak ingin kau berbohong bahkan menghianati cintanya hanya karena aku”
Kalimat itu masih terniang sebelum kau meninggalkanku saat pertemuan itu.
Apa yang kamu katakan itu memang benar. Tak mungkin aku membagi bahkan menghianati cinta ini demi dirimu. Namun semakin lama kau menjauh dariku membuatku merasa kehilangan.
Pernah aku memintamu untuk bersikap seperti pertama kali kita bertemu. Namun itu sia-sia. Hatiku pun mulai terluka. Perasaan kadang tak memperdulikan sekitar. Itulah yang aku rasakan saat ini. Kadang aku ingin menjauhimu tapi di satu sisi aku ingin bersamamu. Mengharapkan sesuatu menurutku itu adalah hal yang wajar. Namu aku tak tahu apa ini suatu paksaan atau harapan. Egois memang tapi inilah yang aku rasakan.
Hingga suatu hari aku harus bisa menjawab, “Siapa yang harus aku pilih”????
Kau memasuki hari-hariku jauh setelah aku bersamanya, perasaan memang sulit untuk ditebak. Dulu aku merasa bersamanya semua mimpiku akan sempurna. Namun semuanya berubah sesaat setelah kita bertemu.
Kagum. Itu yang pertama kali aku rasakan saat pertama kita bertemu. Entah alasan apa yang membuatku mengaguminya. Senyum, suara atau hari-harimu yang terlihat selalu dihiasi dengan senyuman. Seiring berputarnya waktu, rasa kagum itu berubah menjadi sayang. Rasa sayang yang berarti ingin memilikinya.
Aku sadar ada seseorang yang telah memilikiku dan memberi kepercayaan penuh terhadapku namun aku tak mampu berbuat banyak untuk memilikimu.
Senyumanmu seakan menjadi magnet yang mampu menarikku untuk jauh lebih mengenalmu. Tapi rasa engganmu menjadi penghalang untuk didekati.
“Aku tak ingin kau berbohong bahkan menghianati cintanya hanya karena aku”
Kalimat itu masih terniang sebelum kau meninggalkanku saat pertemuan itu.
Apa yang kamu katakan itu memang benar. Tak mungkin aku membagi bahkan menghianati cinta ini demi dirimu. Namun semakin lama kau menjauh dariku membuatku merasa kehilangan.
Pernah aku memintamu untuk bersikap seperti pertama kali kita bertemu. Namun itu sia-sia. Hatiku pun mulai terluka. Perasaan kadang tak memperdulikan sekitar. Itulah yang aku rasakan saat ini. Kadang aku ingin menjauhimu tapi di satu sisi aku ingin bersamamu. Mengharapkan sesuatu menurutku itu adalah hal yang wajar. Namu aku tak tahu apa ini suatu paksaan atau harapan. Egois memang tapi inilah yang aku rasakan.
Hingga suatu hari aku harus bisa menjawab, “Siapa yang harus aku pilih”????